Info Sehat, Makan "Cacing Laut NYALE" Untuk Cegah Stunting Pada Anak
Ada banyak pilihan protein hewani untuk membantu tumbuh kembang anak dan mencegah stunting. Protein hewani yang umum dikonsumsi, meliputi telur, ayam, daging merah, hati, dan ikan. Namun di Nusa Tenggara Barat (NTB), terdapat sumber protein hewani unik yang lazim dikonsumsi warga lokal, yaitu nyale.
Nyale adalah cacing laut yang keluar dan diburu setahun sekali oleh warga lokal NTB di pesisir pantai. Kegiatan menangkap nyale ini dikenal sebagai Festival Bau Nyale. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr. H. Lalu Hamzi Fikri mengatakan bahwa untuk tumbuh kembang anak dan mencegah stunting, mengkonsumsi semua sumber protein itu direkomendasikan, termasuk nyale. "Nyale juga memiliki kandungan protein yang sangat bagus, jadi direkomendasikan juga untuk menjadi salah satu alternatif makanan sumber protein," kata dr. Lalu dalam acara Aksi Gizi Generasi Maju untuk memperingati Hari Gizi 2023 bersama Danone Indonesia di Lombok Barat pada Jumat (10/2/2023).
Bagaimana kandungan nyale untuk mencegah stunting? Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, Sp.GK mengatakan bahwa kandungan nyale tinggi protein hewani, bisa sampai 43,84 persen terhadap beratnya, sehingga bisa menjadi alternatif sumber makanan mencegah stunting.
Kandungan protein hewani nyale bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan telur ayam 12,2 persen dan susu sapi sekitar 3,5 persen. "Banyak potensi pangan lokal di setiap daerah di Indonesia yang bisa menjadi sumber protein hewani," kata dr. Nurul pada kesempatan yang sama.
Berikut kandungan nyale yang lebih lengkap, menurut Jekti et al., (2008), yang dikutip dari karya tulis ilmiah Suhardatan Hani dari Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Mataram (2020)
Protein: 43,84 persen
Lemak: 11,57 persen
Karbohidrat: 0,543 persen
Fosfor: 1,17
Kalsium: 1,06
Magnesium: 0,32
Natrium: 1,69
Kalium: 1,24
Klorida: 1,05
Zat besi: 857 ppm
Selain memiliki kandungan gizi tinggi, nyale juga dapat berfungsi sebagai antibiotik yang ditunjukkan melalui aktivitas pada 9 bakteri benthos, yaitu linococcus roseus, Marinococcus halophilus, Marinococcus hispanicus, Micrococcus varians, Methilomonas pelagica, Bacillus sp, Pseudomonas elongata, Alteromonas colwellina, dan Halovibrio variabilis.
Cegah Stunting pada Anak Di usia berapa anak boleh makan nyale? Nyale aman dikonsumsi anak-anak untuk membantu memenuhi kebutuhan protein tubuhnya dan mencegah stunting. Meski, makanan ini tak lazim secara umum.
Dr. Nurul mengatakan nyale mulai aman dikonsumsi anak saat usianya 6 bulan ke atas, di mana sudah masuk masa perkenalan makanan pendamping ASI (MPASI). "Anak usia 6 bulan ke atas sudah bisa makan nyale karena kondisi ususnya sudah siap menerima makanan yang lebih padat," jelas dr. Nurul. Namun, cara mengolahnya harus diperhatikan sebelum diberikan kepada anak 6 bulan ke atas.
"Nyale masih harus diblender lagi karena tidak mungkin makan padat begitu. Tetap harus dihaluskan sesuai usia anak," terangnya. Saran pengolahan nyale yang baik untuk anak adalah dikukus dan direbus, karena kandungan gizi di dalamnya bisa lebih terjaga.
Digoreng tidak direkomendasikan. "Prinsipnya makanan yang diproses dalam suhu tinggi, seperti digoreng dengan suhu di atas 100 Celcius akan banyak komponen nutrisi yang rusak. Kalau dilihat dari cara itu paling bagus nyale diolah dengan dipepes atau dimasak bumbu santan," jelasnya.
Memberi anak makan nyale sifatnya adalah opsional, bahwa ada variasi makanan lokal yang bisa memenuhi kebutuhan protein hewani dan mencegah stunting, selain telur, ayam, dan daging. "Tidak ada batasan porsi tertentu karena nyale munculnya juga jarang-jarang," ucapnya. sumber: kompas.com