Linang Air Mata Ketua Sinode GMIT Ketika Kunjungi Orangtua Alm. Ate dan Lael
Linang Air Mata Ketua Sinode GMIT Ketika Kunjungi Orangtua Alm. Ate dan Lael. foto: flores.tribunnews.com |
Akhir-akhir ini Ketua Sinode GMIT, Mery Kolimon sering disebut-sebut dan dihubungkan dengan kasus pembunuhan Astrid dan lael di Kupang.
Hal itu disebabkan, postingan Mery yang menentang hukuman mati dan warganet simpulkan bahwa postingan itu ada kaitannya dengan hukuman yang diterima Randy badjideh yang divonis hukuman mati oleh Hakim Pengadilan negeri Kupang.
Postingan itu berbunyi: "Apakah pembunuhan harus dibalas pembunuhan? Apakah kita puas jika nyawa diambil? Pantaskah kita mengambil hak Tuhan untuk mata ganti mata nyawa ganti nyawa? Oh Penguasa Hidup. Tolonglah kami!". Tulis Mery dalam Postingannya pada tanggal 24 Agustus 2022.
Pernah Kunjungi Keluarga Korban
Dilnsir dari flores.tribunnews.com, Mery Kolimon pernah kunjungi keluarga Saul manafe, ayah Astrid manafe. Ketua Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), Pdt. Dr. Merry Kolimon tampak meneteskan air mata ketika memeluk dan dipeluk Asnat Manafe Mauk, ibunda Astri Manafe. Air mata itu menetes saat Pdt Merry Kolimon bersama beberapa pendeta lain menemui keluarga Astri di rumah duka, Sabtu (11/12/2021).
Saat itu, Pdt Merry Kolimon menyerahkan selembar kain sebagai tanda duka bagi keluarga yang berduka atas kepergian Astri dan Lael. "Sebagai tanda duka atas peristiwa yang menimpa Astri dan Lael, kami selimuti keluarga dengan kekuatan Tuhan," kata Pendeta Kolimon.
Dia juga mengatakan, menghadapi kasus pembunuhan itu, keluarga duka tidak sendirian. Sinode GMIT akan selalu bersama. Sinode GMIT tidak akan membiarkan keluarga Astri dan Lael berjalan sendiri.
Sinode GMIT selalu bersama keluarga dalam berjuang tegakkan hukum. Sampai saat ini kami terus memantau perkembangan penanganan kasus ini. Kami juga terus berdoa, agar Tuhan selalu bukakan jalan untuk mengungkap misteri pembunuhan itu.
Apapun Alasannya Mery Kolimon Menolak Hukaman Mati
Setelah postingannya viral yang sempat ia hapus, Membuat klarifikasi terhadap teman-temannya sesama pendeta, namun tidak di media sosial.
Mery kemudian menyatakan sikapnya bahwa Ia tidak menolak hukuman mati dengan alasan apapun. Menurut Mery, tidak ada manusia di kolong langit ini yang berhak mencabut nyawa sesama, selain Tuhan.
"Tulisan pendek di FB itu adalah refleksi pemikiran teologi bahwa hanya Tuhan yang boleh mencabut nyawa manusia. Siapapun, otoritas manapun di kolong langit ini, termasuk aturan hukum, tak bisa mengambil nyawa manusia, sebab manusia diciptakan oleh Allah dan hanya Allah yang berhak mengambil Nyawa. Jangan membunuh adalah salah satu dari 10 hukum Tuhan. Saya termasuk yang terus bersuara agar hukuman mati di Indonesia ditinjau kembali, untuk semua kasus, bukan hanya kasus tertentu pada suatu tempat". Tulis Mery dalam klarifikasi terhadap teman-temannya sesama pendeta di grup WA, yang kemudian tangkapan layarnya beredar luas di grup FB.
Dengan demikian, maka Walau Pelaku Pembunuhan Keji, Ketua Sinode GMIT Tetap Tolak Hukuman Mati